Selalu saja, ketika berbincang serius atau bercanda dengan orang yang lebih tua atau sebaya. Pasti ujungnya ada saja kata; Sudahlah (mas, broh, bang) semua ada yang ngatur kok. Seringkali rasanya pernyataan itu keluar. Pasti, ketika mendengar pernyataan itu saya langsung diam (sejenak), lalu tersenyum. Dan dalam hati berkata. Iya semua ini sudah ada yang ngatur kok. Betul saya sepakat itu. Terima sajalah. Melawan dengan sekuat tenaga apa pun percuma saja hanya membuang energi tanpa makna. Bukan berarti kita tidak boleh berjuang mendapatkan apa yang kita cita-citakan atau impikan. Tetapi semuanya telah terjadi. Momentum pun sudah lewat. Momentum pun tidak akan terjadi berulang. Hidup itu butuh momentum dalam bertindak. Agar tidak kadaluarsa (segala) tindakan yang kita ambil.
Hidup
memang penuh kejutan alias (terkadang) suka tidak pasti. Walaupun tidak pasti juga, bukan
berarti kita seenaknya dalam hidup. Tetap kita harus memberikan yang terbaik
semampu dan sekuat kita. Tetap kitalah Panglima dalam rentetan perjalanan hidup kita. Jadi kitalah penaggungjawab tunggal dalam hidup kita. Terkadang kita suka berpikir dalam memaknai perjalanan hidup ini. Kenapa kok bisa seperti
itu ya? Kenapa saya bisa disini yaa? Kenapa saya bisa melakukan hal bodoh
seperti ini ya? Kenapa hal ini tidak terjadi, dulu? Kenapa, semua ini baru terjadi sekarang? Kenapa dan kenapa? Semakin jauh kita berpikir, semakin lelah dan tidak kuasa
rasanya memikirkan. Yaa, karena pada ujungnya, pasti kita akan berpikir semua ini sudah ada
yang ngatur. Toh semuanya terjadi atas seizin-NYA dan atas kehendak-NYA.
Saat
menjumpai sesuatu yang tidak menyenangkan apapun itu, hendaklah kita segera
membiasakan, menyadari dengan penuh kerelaan bahwa segala apa pun yang terjadi
adalah atas kehendak-NYA. Dan itulah kehendak yang terbaik untuk kita. Semuanya
sudah di’garis’kan sebelum kita lahir atau sudah 'jalan' nya seperti sekarang. Untuk itulah pikiran itu dimaksudkan
untuk membantu kita agar tidak kehilangan semangat, tidak mudah kecewa, tidak
gampang galau, merasa lebih tenang, dan merasa lebih rela untuk menerima. Pikiran
yang tenang dan rela akan membuat kita lebih jernih berpikir karena terbebas
dari segala kekhawatiran dan kegelisahan. Nah kalo sudah gelisah dan takut saat
mendapatkan hal yang tidak menyenangkan, adalah masalah kedua yang semakin
membuat tidak enak hidup kita.
Dan rasanya kalau begini langkah yang paling bijak. Seharusnya kita berusaha untuk menjalani
semuanya dengan penuh kegairahan dan penuh suka cita. Kita tidak pernah tahu kedepannya akan seperti apa. Boleh jadi inilah kondisi dan situasi yang paling (ter)baik untuk kita saat ini. Terkadang sesuatu yang
tidak menyenangkan dalam hidup ini perlu hadir. Supaya kita tahu mana sesuatu
yang menyenangkan. Hidup bukan kita yang punya. Ada yang lebih berkuasa atas
jalannya kehidupan kita. Mungkin juga ketidakenakan dalam hidup, sebenarnya
memberikan tanda kepada kita. Untuk diri ini lebih berintrospeksi atau
bercermin mungkin ada banyak kesalahan dalam perangai kita saat bersikap atau
berinteraksi dengan orang lain atau ketika menyikapi ketidakenakan dalam hidup. Disamping usaha dan pengharapan yang kuat dan
keras, kita tidak boleh lupa bahwa semuanya sudah diatur oleh-NYA sebelum kita ada.
Sudahlah kita tidak perlu memaksakan, yang belum terjadi. Sudahlah
cukup mengatur hidup ini, toh semuanya sudah ada yang ngatur. Sudahlah
terima saja, semua kehendak-NYA. Sudahlah mulai saat ini, kita harus banyak
berintrosepeksi atau bercermin dengan perangai dan kesalahan atau kekeliruan
yang telah dilakukan. Sudahlah yakini semuanya, apapun yang terjadi. Pasti itu
yang terbaik dalam perjalanan hidup kita. Sudahlah, ambil saja pelajaran dari
ketidakenakan dalam hidup. Sudahlah, pasti semua ada saatnya (nanti).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar