Sabtu, 13 Desember 2014

(Sudah) Ada yang (Me)Ngatur


Selalu saja, ketika berbincang serius atau bercanda dengan orang yang lebih tua atau sebaya. Pasti ujungnya ada saja kata; Sudahlah (mas, broh, bang) semua ada yang ngatur kok. Seringkali rasanya pernyataan itu keluar. Pasti, ketika mendengar pernyataan itu saya langsung diam (sejenak), lalu tersenyum. Dan dalam hati berkata. Iya semua ini sudah ada yang ngatur kok. Betul saya sepakat itu. Terima sajalah. Melawan dengan sekuat tenaga apa pun percuma saja hanya membuang energi tanpa makna. Bukan berarti kita tidak boleh berjuang mendapatkan apa yang kita cita-citakan atau impikan. Tetapi semuanya telah terjadi. Momentum pun sudah lewat. Momentum pun tidak akan terjadi berulang. Hidup itu butuh momentum dalam bertindak. Agar tidak kadaluarsa (segala) tindakan yang kita ambil.

Hidup memang penuh kejutan alias (terkadang) suka tidak pasti. Walaupun tidak pasti juga, bukan berarti kita seenaknya dalam hidup. Tetap kita harus memberikan yang terbaik semampu dan sekuat kita. Tetap kitalah Panglima dalam rentetan perjalanan hidup kita. Jadi kitalah penaggungjawab tunggal dalam hidup kita. Terkadang kita suka berpikir dalam memaknai perjalanan hidup ini. Kenapa kok bisa seperti itu ya? Kenapa saya bisa disini yaa? Kenapa saya bisa melakukan hal bodoh seperti ini ya? Kenapa hal ini tidak terjadi, dulu? Kenapa, semua ini baru terjadi sekarang? Kenapa dan kenapa? Semakin jauh kita berpikir, semakin lelah dan tidak kuasa rasanya memikirkan. Yaa, karena pada ujungnya, pasti kita akan berpikir semua ini sudah ada yang ngatur. Toh semuanya terjadi atas seizin-NYA dan atas kehendak-NYA. 

Saat menjumpai sesuatu yang tidak menyenangkan apapun itu, hendaklah kita segera membiasakan, menyadari dengan penuh kerelaan bahwa segala apa pun yang terjadi adalah atas kehendak-NYA. Dan itulah kehendak yang terbaik untuk kita. Semuanya sudah di’garis’kan sebelum kita lahir atau sudah 'jalan' nya seperti sekarang. Untuk itulah pikiran itu dimaksudkan untuk membantu kita agar tidak kehilangan semangat, tidak mudah kecewa, tidak gampang galau, merasa lebih tenang, dan merasa lebih rela untuk menerima. Pikiran yang tenang dan rela akan membuat kita lebih jernih berpikir karena terbebas dari segala kekhawatiran dan kegelisahan. Nah kalo sudah gelisah dan takut saat mendapatkan hal yang tidak menyenangkan, adalah masalah kedua yang semakin membuat tidak enak hidup kita.

Dan rasanya kalau begini langkah yang paling bijak. Seharusnya kita berusaha untuk menjalani semuanya dengan penuh kegairahan dan penuh suka cita. Kita tidak pernah tahu kedepannya akan seperti apa. Boleh jadi inilah kondisi dan situasi yang paling (ter)baik untuk kita saat ini. Terkadang sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hidup ini perlu hadir. Supaya kita tahu mana sesuatu yang menyenangkan. Hidup bukan kita yang punya. Ada yang lebih berkuasa atas jalannya kehidupan kita. Mungkin juga ketidakenakan dalam hidup, sebenarnya memberikan tanda kepada kita. Untuk diri ini lebih berintrospeksi atau bercermin mungkin ada banyak kesalahan dalam perangai kita saat bersikap atau berinteraksi dengan orang lain atau ketika menyikapi ketidakenakan dalam hidup. Disamping usaha dan pengharapan yang kuat dan keras, kita tidak boleh lupa bahwa semuanya sudah diatur oleh-NYA sebelum kita ada. 

Sudahlah kita tidak perlu memaksakan, yang belum terjadi. Sudahlah cukup mengatur hidup ini, toh semuanya sudah ada yang ngatur. Sudahlah terima saja, semua kehendak-NYA. Sudahlah mulai saat ini, kita harus banyak berintrosepeksi atau bercermin dengan perangai dan kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan. Sudahlah yakini semuanya, apapun yang terjadi. Pasti itu yang terbaik dalam perjalanan hidup kita. Sudahlah, ambil saja pelajaran dari ketidakenakan dalam hidup. Sudahlah, pasti semua ada saatnya (nanti).

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar