Jumat, 12 Agustus 2016

Lupa Nulis



Hampir setahun lebih saya tidak menulis lagi. Lupa nulis iya lupa nulis. Kalo ngomongin dulu saya aktif banget nulis. Tapi ya  itu dulu. Hehehe. Padahal nulis itu sederhana apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan yaa ditulis. Mau ada yang suka alurnya gimana atau enak dibaca atau tidak ya sudah yang penting tulis dulu. Saya punya cerita belum lama ini saya pernah ketemu dengan seorang PNS yang hobi nulis banyak buku dia seputar tentang PNS. Entah bagaimana ceritanya ketika kita ngobrol ada kesamaan hobi, ya hobi menulis. Bedanya dia produktif menulis dan saya anget-angetan. Hehe. Dia bercerita banyak bahwa dari menulis banyak manfaat yang dia dapat.

Saya bertanya kepada beliau, Pak bagaimana sih caranya bisa menulis secara produktif?  Dia waktu itu menjawab sangat sederhana bagi dia menulis itu seperti buang air, keluarkan saja apa yang ada dipikiran dan dirasakan. Yaa berarti harus dikeluarkan dong pak. Iya haruslah kalo ga jadi penyakit mas. Ide, gagasan, pengalaman, pelajaran hidup ditulis saja dulu. Waktu mendengar pernyataan itu saya hanya manggut-manggut aja.  dalam hati saya bergumam jadi selama ini saya terlalu banyak alasan untuk menunda menulis. Ya sudah tulis saja dulu mas. Ya  menulis akan mengingatkan kita punya warisan berharga yang tak akan lekang oleh waktu. Asik bahasanya. Hehehe. Yang paling membuat saya terenyuh beliau   bilang gini "mas orang kalo udah meninggal apa sih yang paling diingat ketika dia hidup, ga ada mas kecuali karya orang itu. Ga usah pusing-pusing mas mikirin buat karya apa. Cukup punya tulisan yang bisa dibaca orang aja sukur-sukur tulisan kita bagus dan punya buku. Jadi amal jariah mas. Ngalir terus deh pahalanya. Ayo mas jangan takut untuk dikritik karena tulisan kita jangan mikir yg aneh-aneh. Ga usah nunggu pinter dulu untuk jadi penulis, ga usah harus nunggu jadi orang baik atau sempurna untuk menjadi penulis. Niat kan saja menulis untuk berbagi. Ayo mas jarang PNS muda dan enerjik seperti mas jadi penulis dan punya buku. (waktu itu asli geer banget doi bilang gitu. hahahaha).

Saya jadi teringat bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik harus mempunyai tiga kemampuan (good thinker, good speaker, and good writer). Pemimpin yang baik katanya tidak hanya dituntut untuk bisa berpikir dan berbicara yang baik, tapi juga harus bisa menulis. Gagasan dan ide harus ditulis atau dibukukan supaya semua orang tau apa yang sedang dipikirkan dan dibicarakan. Percuma kalo segala sesuatu hanya diwacanakan, beradu argumen, atau beretorika belaka. Sudahlah tulis saja apapun itu yang menjadi gagasan pribadi.

Berarti bener juga apa yang dikatakan oleh Napolean Bonaparte Panglima Perang dari Perancis beliau berujar bahwa Dirinya lebih merasa takut terhadap satu orang penulis ketimbang seribu serdadu? Sudah menjadi cerita sejarah bahwa revolusi-revolusi besar di dunia selalu di dahului oleh jejak pena seseorang pengarang. Pena pengarang mencestukan ide, cita, cinta, dan harapan, yang semuanya itu bisa menjadi pelecut untuk berjuang atau melakukan pergerakan. Sungguh mulia memang jadi penulis. Nah hal ini dipertegas oleh Sayyid Qutb, salah satu tokoh pergerakan mesir pernah mewasiatkan satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) sanggup menembus jutaan kepala. Luarbiasa memang dengan hanya pena kita bisa merubah peradaban. Tapi bagi saya pribadi yaa menulis untuk bisa bermaanfaat untuk orang lain. Jangan menunggu baik terlebih dahulu, untuk memulai segala sesuatunya. Karena menjadi baik merupakan jalan panjang yang tidak pernah berujung. Mari menjadi baik dengan cara yang sederhana.

Kamis, 23 April 2015

Memaknai Janji


Dalam perjalanan kehidupan ini tidak terlepas dari janji. Entah kita yang berjanji atau kita yang dijanjikan. Janji itu hakikat dari komitmen mungkin. Lebih berat memberikan janji daripada dijanjikan. Ketika sudah berjanji disadari atau tidak, ada kondisi psikologis bahwa kita terikat akan suatu hal. Ucapan yang sudah terucap tidak akan dapat ditarik kembali. Cepat atau lambat ucapan atau janji kita akan siap untuk ditagih. Bagi laki-laki  yang baik kata-kata yang keluar darinya adalah kehormatanya.

Memutuskan berjanji tidaklah mudah. Janji yang sudah disepakati bersama tidak hanya sekadar diucapkan. Janji tidak bisa hanya dibiarkan tumbuh dan mengalir begitu saja. Perlu ada rasa satu sama lain untuk mau memperbaiki, merawat, dan menjaga janji tersebut. Misalnya, kita berjanji dengan ibu kita; Bu nanti saya pulang jam 9 malam ya bu, eh ternyata kita tidak bisa pulang jam tersebut. Baikknya kita pasti mengabari; bu maaf saya pulang lebih telat sesuai janji saya. Nah kalau sudah begini kan enak jadinya. Yang diberikan janji memiliki ketenangan bahwa janji pasti terpenuhi walaupun setelah janji tersebut diperbaiki. 

Keberanian menetapi janji itu hebat dan luarbiasa bahkan mulia. Bahasa populernya ialah seiya, sekata, dan seperbuatan. Memegang teguh satu janji, lurus terhadap satu janji, dan berjuang mewujudkan janji tersebut itu perbuatan yang mulia. Lantas timbul pertanyaan, Bagaimana bila kita tidak sanggup memenuhi janji kita? Pada dasarnya dalam berjanji ada dua pihak yang saling bersepakat untuk mau sama-sama menyanggupi, saling menjaga, mau terus memperbaiki, dan bersedia menerima segala resiko dari janji yang telah disepakti. Bila hanya satu pihak yang melakukan hal-hal tersebut diatas, sementara dipihak lain tidak melakukan hal serupa. Ya sudahlah kalo kata lagu; janji hanya tinggal janji. Janji butuh dua pihak untuk mau sama-sama serius menjalankannya. Tidak ada kepasifan (pembiaran) dari satu pihak.

Menetapi janji itu tidaklah mudah, butuh keberaniaan, dan keseriusan. Bila kita tidak sanggup memenuhi janji kita atau salah satu pihak tidak menunjukan keseriusannya untuk berjanji. Mungkin tidak apa kita untuk mengundurkan diri dari janji yang disepekati. Memang mewujudkan janji itu sungguh mulia. Akan tetapi, Ingat janji butuh dua pihak. Salah satu pihak saja yang mengusahakan. Tidak akan bertemu janji itu. Lebih baik mundur terhormat, daripada mundur meninggalkan rekam jejak yang tidak baik. Nama baik, citra baik, rekam jejak yang baik itu harga yang mahal tidak bisa ditawar. Dan sekali lagi, menepati janji itu tidaklah mudah, karena janji harus ditepati (QS. Al-Maaidah: 1)

Kamis, 26 Februari 2015

Di Usia 25 Tahun...



Di usia 25 tahun akan mulai tersadar secara sengaja (tidak).
Bahwa cinta saja tidak cukup untuk membuat sebuah hubungan berhasil kedepannya.
Ada faktor-faktor lain yang lebih krusial dari sekadar sebuah perasaan apapun.
Hal-hal yang tadinya dianggap remeh diawal seperti bakground pekerjaan, backgroud keluarga,
jarak, penghasilan, restu keluarga (besar), kesamaan cara pandang,  pola pikir,
hingga gaya hidup. Disadari atau tidak ternyata hal- hal tersebut menentukan lanjut atau
terhentinya sebuah hubungan yang tengah dijalankan kedepannya.
Hal ini memang terkesan remeh, tetapi jangan sampai hal yang remeh ini membuat kita
terperosok bahkan terjerembab kedepannya. 
Lebih baik dipikirkan di awal daripada ketika hal remeh tersebut menggangu kedepannya...

Di usia 25 tahun tidak lagi bisa menjadi orang yang bertahan pada sebuah hubungan
yang sudah jelas tidak bisa dibawa kemanapun hanya karena sudah terlanjur
menjalin sebuah hubungan yang lama.
Tidak bisa bertahan hanya dengan alasan-alasan yang kedepannya akan mempersulit diri sendiri.
Tidak bisa bertahan dengan kompromi-kompromi pembenaran yang hanya untuk
menyenangi kelanggengan hubungan yang bersifat semu.

Di usia 25 tahun sudah tidak bisa lagi untuk bermain-main dengan umur atau membuang waktu,
harus jelas mau dibawa kemana arah sebuah hubungan yang  hendak dijalankan ke depannya.
Di usia 25 tahun akan mulai secara tersadar akan lebih rasional dan logis
(harus) dengan penuh keyakinan melepaskan yang tidak bisa
diajak untuk membangun masa depan bersama dengan visi (cita-cita) yang sama.

Sumber Tulisan: dari berbagai sumber di media sosial.

Sabtu, 13 Desember 2014

(Sudah) Ada yang (Me)Ngatur


Selalu saja, ketika berbincang serius atau bercanda dengan orang yang lebih tua atau sebaya. Pasti ujungnya ada saja kata; Sudahlah (mas, broh, bang) semua ada yang ngatur kok. Seringkali rasanya pernyataan itu keluar. Pasti, ketika mendengar pernyataan itu saya langsung diam (sejenak), lalu tersenyum. Dan dalam hati berkata. Iya semua ini sudah ada yang ngatur kok. Betul saya sepakat itu. Terima sajalah. Melawan dengan sekuat tenaga apa pun percuma saja hanya membuang energi tanpa makna. Bukan berarti kita tidak boleh berjuang mendapatkan apa yang kita cita-citakan atau impikan. Tetapi semuanya telah terjadi. Momentum pun sudah lewat. Momentum pun tidak akan terjadi berulang. Hidup itu butuh momentum dalam bertindak. Agar tidak kadaluarsa (segala) tindakan yang kita ambil.

Hidup memang penuh kejutan alias (terkadang) suka tidak pasti. Walaupun tidak pasti juga, bukan berarti kita seenaknya dalam hidup. Tetap kita harus memberikan yang terbaik semampu dan sekuat kita. Tetap kitalah Panglima dalam rentetan perjalanan hidup kita. Jadi kitalah penaggungjawab tunggal dalam hidup kita. Terkadang kita suka berpikir dalam memaknai perjalanan hidup ini. Kenapa kok bisa seperti itu ya? Kenapa saya bisa disini yaa? Kenapa saya bisa melakukan hal bodoh seperti ini ya? Kenapa hal ini tidak terjadi, dulu? Kenapa, semua ini baru terjadi sekarang? Kenapa dan kenapa? Semakin jauh kita berpikir, semakin lelah dan tidak kuasa rasanya memikirkan. Yaa, karena pada ujungnya, pasti kita akan berpikir semua ini sudah ada yang ngatur. Toh semuanya terjadi atas seizin-NYA dan atas kehendak-NYA. 

Saat menjumpai sesuatu yang tidak menyenangkan apapun itu, hendaklah kita segera membiasakan, menyadari dengan penuh kerelaan bahwa segala apa pun yang terjadi adalah atas kehendak-NYA. Dan itulah kehendak yang terbaik untuk kita. Semuanya sudah di’garis’kan sebelum kita lahir atau sudah 'jalan' nya seperti sekarang. Untuk itulah pikiran itu dimaksudkan untuk membantu kita agar tidak kehilangan semangat, tidak mudah kecewa, tidak gampang galau, merasa lebih tenang, dan merasa lebih rela untuk menerima. Pikiran yang tenang dan rela akan membuat kita lebih jernih berpikir karena terbebas dari segala kekhawatiran dan kegelisahan. Nah kalo sudah gelisah dan takut saat mendapatkan hal yang tidak menyenangkan, adalah masalah kedua yang semakin membuat tidak enak hidup kita.

Dan rasanya kalau begini langkah yang paling bijak. Seharusnya kita berusaha untuk menjalani semuanya dengan penuh kegairahan dan penuh suka cita. Kita tidak pernah tahu kedepannya akan seperti apa. Boleh jadi inilah kondisi dan situasi yang paling (ter)baik untuk kita saat ini. Terkadang sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hidup ini perlu hadir. Supaya kita tahu mana sesuatu yang menyenangkan. Hidup bukan kita yang punya. Ada yang lebih berkuasa atas jalannya kehidupan kita. Mungkin juga ketidakenakan dalam hidup, sebenarnya memberikan tanda kepada kita. Untuk diri ini lebih berintrospeksi atau bercermin mungkin ada banyak kesalahan dalam perangai kita saat bersikap atau berinteraksi dengan orang lain atau ketika menyikapi ketidakenakan dalam hidup. Disamping usaha dan pengharapan yang kuat dan keras, kita tidak boleh lupa bahwa semuanya sudah diatur oleh-NYA sebelum kita ada. 

Sudahlah kita tidak perlu memaksakan, yang belum terjadi. Sudahlah cukup mengatur hidup ini, toh semuanya sudah ada yang ngatur. Sudahlah terima saja, semua kehendak-NYA. Sudahlah mulai saat ini, kita harus banyak berintrosepeksi atau bercermin dengan perangai dan kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan. Sudahlah yakini semuanya, apapun yang terjadi. Pasti itu yang terbaik dalam perjalanan hidup kita. Sudahlah, ambil saja pelajaran dari ketidakenakan dalam hidup. Sudahlah, pasti semua ada saatnya (nanti).

  

Minggu, 05 Oktober 2014

Menikmati Test CPNS #1

Saya ingin menyampaikan satu pengalaman menarik dan nyata dari seorang pemuda. Tentang Rustam. Mohon maaf sebelumnya, bila dalam tulisan ini terkesan besar kepala, pongah, atau congkak. Tidak, tidak sama sekali Rustam bermaksud seperti itu. Murni, dengan niat yang lurus Rustam ingin berbagi pengalaman (pribadi dan teman seperjuangan) dalam ikut Test CPNS tahun lalu. Rustam menyampaikan ini semata-mata lebih karena keinginan untuk berbagi terhadap teman-teman yang merasa sedang berjuang untuk merengkuh cita-cita dan harapannya. 

Rustam pun pernah merasakan dalam situasi dan kondisi yang sama seperti para teman-teman semua. Kondisi bingung, cemas, dan berharap lulus test CPNS. Kalau anda mengharapkan dalam tulisan ini soal-soal apa yang keluar, Rustam sarankan cukup lah anda membaca tulisan ini sampai disini. Rustam pun berharap anda tidak berpikir seperti itu. Luangkanlah waktu sejenak untuk merenungkan cerita sederhana dalam tulisan ini. Jika anda merasa tidak cocok dengan salah satu poin atau semua poin yang Rustam sampaikan. Ya sudah abaikan saja, anggaplah Rustam sok tahu. Karena, Rustam yakin masih banyak orang diluar sana yang lebih pintar dan lebih cerdas yang mungkin sarannya jauh lebih baik daripadanya. 

Okeh, Rustam anggap teman-teman sudah tahu semua. Bahwa, test CPNS sekarang ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan antara lain: Seleksi Administrasi (SA), Test Kemampuan Dasar (TKD) menggunakan sistem Computered Assisted Test (CAT), dan Test Kemampuan Bidang (TKB). Untuk lebih jelas lihat, Pasal (62) UU No.5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Rustam berharap, teman-teman ketika membaca tulisan ini sudah lulus test Seleksi Administrasi semua. Selanjutnya, segera bersiap berjuang untuk mengikuti test TKD. 

TKD Harga Mati
Intinya dari semua ujian CPNS dengan sistem CAT, ialah TKD. TKD, Rangking 1. Kelar semua sudah test CPNS. Lulus. Nilai TKD anda kurang atau jelek. Mohon maaf kubur-lah dalam-dalam hasrat untuk jadi PNS. Rustam serius menyatakan hal ini. Tapi, iya serius nih harus Rangking 1? Seterah, keputusan ada di tangan anda. Yang Pasti, Persaingan kedepannya semakin keras, kuat, dan tajam. Jutaan Orang diluar sana, yang menginginkan jadi PNS, kalau anda setengah-setengah atau tidak total sayang sekali rasanya. Apalagi kalau hanya sekedar berpartisipasi (menambah pengalaman), rugi rasanya. Pertanyaannya selanjutnya, ialah bagaimana supaya rangking 1 dalam test TKD? Jadi begini, TKD dalam sistem CAT ada 3 (jenis) soal. Test Wawasan Kebangsaan (TWK), Test Integelensi Umum (TIU), dan Test karakteristik Pribadi (TKP). Kita akan bahas satu persatu. Ini bagian yang penting menurut Rustam. Tulisan ini lebih menekan kan kepada bagaimana menghadapi test TKD. Karena bagi Rustam, TKD lah inti semuanya. Fokus dulu terhadap TKD. Tidak akan ada TKB bila, gagal (tidak rangking 1) dalam TKD 

TWK, Intinya TWK itu membicarakan 4 (empat) pilar kebangsaan yaitu, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45), Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  Apapun yang terjadi Rustam sarankan hafalkan UUD 45. Serius nih hafalin? Kok lebay amat sih? Seterah, keputusan ada ditangan anda. Hafalkan semuanya, ingat hafalkan pasal demi pasal termasuk amandemen UUD 45 pasal perpasal harus hafal mati. Ayat-ayat dalam pasal itu apa saja. Ada berapa bab dalam UUD 45. Jangan lupa juga pembukaannya UUD 45, alinea per alinea hafalin, Maksud alinea per alinea itu apa, maknanya apa? Jangan ketuker-tuker alinea-alineanya. Caranya gimana supaya hafal? Baca aja UUD 45 sebelum tidur 7 kali berulang-berulang. Seriusan nih? Iya serius lah, sekali lagi keputusan ada ditangan anda. TWK ga jauh-jauh soalnya dari situ-situ aja, cuma dibolak-balik aja. Pancasila hafalkan juga, makna dari setiap sila-sila pancasila yang ada. Jangan lupa makna, sila-sila pancasila, lambang-lambangnya juga maksudnya apaan hafalin itu. Kaya lambang padi dan kapas, pohon beringin, dan seterusnya. Bhineka Tunggal Ika, pelajari hal-hal yang seperti lambang burung garuda, makna bhineka tunggal ika. Nilai yang terkandung dalam bhineka tunggal ika. NKRI, jujur ini lah test TWK yang paling cukup membuat berpikir keras. Rustam pribadi, Rustam akui NKRI itu susah, tidak terduga soalnya. Tapi yang jelas soalnya tidak jauh-jauh dari Sistem Tata Negara Indonesia, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sejarah perjuangan bangsa, peranan bangsa indonesia di kancah regional maupun global, dan kemampuan berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Banyak orang-orang yang tidak lulus passing grade di TWK ini, salah satu masalahnya ialah yah gara-gara soal-soal NKRI ini. Rustam hanya menyarankan banyak-banyak baca ringksan sejarah indonesia saja. Tapi tetep jangan menyerah. Dulu TWK ini lah ladang poin Rustam, Rustam nyaman dan menikmati soal TWK. Karena Rustam mengambil jawaban sempurna yaah di UUD 45, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika itu. Karena dalam UUD 45 dan pancasila sudah pasti jawabannya, hehe. Rustam sarankan kuatin di UUD 45, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika. NKRI yah sudah sebisanya, kalo ga bisa? Bismillah, tembak aja, hehe. Tapi nembaknya juga jangan seenaknya dipikir juga. Ini adalah bagian soal yang menentukan anda lulus atau tidak. Seriuslah belajar pada bagian ini.

TIU, dalam bagian ini soal-soal seperti; sinonim, antonim, analogi, deret, logika penalaran, dan matematika dasar seperti SMA. Jujur saja dalam TIU Rustam merasa agak sedikit kurang pede dalam memberikan saran-saran. Tapi yah sebisa mungkin banyak latihan soal-soal saja dalam buku-buku soal yang ada. Apapun soal-soal yang ada pelajari langkah-langkahnya. Bersyukurlah bagi anda yang mempunyai kemampuan test numerikal secara baik. Kemampuan kuantitatif sangat diperlukan dalam menjawab soal pada bagian ini. Penalaran yang tinggi, cepat, dan tepat sangat dibutuhkan. Jujur dari Rustam ikut ujian TKD nilai bagian TIU Rustam selalu yang paling rendah. Bila dibandingkan TWK dan TKP. Tapi, kebetulannya tidak pernah tidak lulus passing grade. Selalu lulus passing grade. Mohon maaf bila penjelasan yang Rustam berikan dalam soal TIU kurang utuh dan menyeluruh. Terus terang, itu merupakan keterbatasan Rustam dalam bidang TIU (kemampuan numerikal dan kuantitatif). Kurang sedikit menguasai dalam bidang tersebut. Intinya, latihan soal sebanyak mungkin dengan pengalaman mengerjakan soal CPNS, maka kemampuan Anda akan meningkat.

TKP, test ini dimaksudkan untuk menilai integritas diri, semangat berprestasi, kreativitas dan inovasi, orientasi pada pelayanan dan orang lain, kemampuan beradaptasi, mengendalikan diri, bekerja mandiri dan tuntas, kemauan dan kemampuan belajar berkelanjutan, kemampuan bekerjasama dalam kelompok, dan kemampuan menggerakkan dan berkoordinasi orang lain. Saran Rustam dalam menjawab dalam soal ini ialah sebisa mungkin pilihlah pilihan jawaban yang terbaik, walaupun terkadang tidak sesuai dengan kebiasaan kita. Sudahlah pilih saja jawaban terbaik. Misalnya, lebih baik memberi daripada menerima, lebih baik team work daripada individualis, lebih baik tenang daripada terburu-buru, lebih baik inisiatif daripada diperintah, dan seterusnya. Sekali lagi, pilihlah jawaban terbaik. Jawablah soal secara konsisten. Konsisten diperlukan karena kadang soal akan diulang. Konsistensi penting dalam menjawab soal-soal yang ada dalam bagian ini. Ingat, Orang yang konsisten, maka kecenderungannya orang tersebut jujur atau dapat dipercaya. Konsistensi hampir sama nilainya dengan kejujuran. Dibagian ini lah nilai anda harus yang paling tinggi. Di bagian ini anda tidak perlu berpikir keras. Karena pertanyaannya menyangkut sikap dan perilaku anda. Harus tinggi nilai anda di bagian ini bila tidak sangat rugi anda.

Terakhir, inti dari semuanya ialah MAU BELAJAR, MAU SUSAH, dan MAU CAPE . Berlatih soal-soal secara terus menerus. Perbanyak variasi soal-soal yang ada. Dulu Rustam sewaktu test cpns Rustam hampir memiliki 40 (empat puluh) buku latihan soal-soal. Dan itu semua selesai dipelajari khatam semuanya abis.Trus drill-drill dengan contoh soal-soal yang ada. Di toko buku banyak yang menyediakan buku contoh-contoh soal test CPNS. Oh ya mumpung belum lupa, tahun lalu test TKD Rustam berkisar antara 349-379. Nilai yang biasa-biasa saja bukan? Dan Rustam haqqul yakin, teman-teman bisa melebihi nilai daripada yang Rustam dapatkan. Bisa lah pointnya diatas 400. Dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati ini, Rustam ikut mendoakan mudah-mudahan teman-teman semua diberikan kemudahan, kelancaran, dan kenyamanan dalam mengerjakan test TKD. Diberikan hasil yang terbaik menurut_NYA. Nikmatilah test TKD yang dihadapi, berjuang semaksimal mungkin pasrahkan apapun takdir yang sudah ditetapkan oleh_NYA. Jadi PNS bukan segala-galanya. Jalani semampunya dan penuh kegairahan. Oh iya, satu lagi mumpung terlanjurr belum lupa seorang pemuda yang bernama Rustam itu yaa penulis sendiri. Yang saat ini sedang bekerja di salah satu kementerian yang menguasai hajat hidup orang banyak. Sukses selalu untuk teman-teman semua. Doa saya tulus menyertai Ikhtiar teman-teman semua. Terkadang, usaha dan doa yang dilakukan sejatinya menunjukan keseriusan dan keniatan untuk menggapai sesuatu. Semangat, IMPOSSIBLE IS NOTHING.  






Minggu, 28 September 2014

Uniknya Jodoh


(Yang) Seringkali dikejar-kejar, malahan menjauh…
(Yang) Dulu mengabaikan, nyatanya sekarang justru mengejar...
(Yang) Tak sengaja, mencoba untuk mendekat…
(Yang) Seakan sudah yakin, mulai ada pertimbangan…
(Yang) Seakan sudah pasti, mulai menjadi ragu…
(Yang) Awalnya pesimis, menjadi optimis…
(Yang) Awalnya Aku tidak, sekarang Aku sih iiyess…
(Yang) Selalu diimpikan, tak berujung pernikahan…
(Yang) Tak pernah disangka, malahan duduk sejajar di depan penghulu…
(Yang) Tak pernah terpikirkan, nyatanya bersanding di pelaminan…
(Yang) Mencoba bertahan, akhirnya menyerah juga... 
Maknanya ialah,
Jodoh itu bukan masalah seberapa lama kau mengenalnya, mencarinya, atau mempertahankannya. Tapi, seberapa YAKIN kau pada_NYA.
Seberapa ikhlas saat kau gagal (belum) mendapatkannya.    
Lalu digantikan yang lebih baik dan lebih pas menurut jalan_NYA.
Serahkan semua pada_NYA YAKIN apapun itu,
di dunia ini pasti diciptakan saling berpasangan
bahwa yang baik pasti selalu dipertemukan dengan yang baik.
Jangan memaksakan sesuatu takdir yang memang belum waktunya. Semua ada saatnya.
Berhentilah mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, 
alangkah baiknya bila selalu belajar dan mempersiapkan diri untuk menjadi 
seseorang yang pantas untuk dicintai.