Terimalah, Tidak Ada Peristwa (Takdir) di Dunia Tanpa Makna
Waktu setiap saat
berjalan, memutarbalikkan kehidupan kita dari suatu keadaan kepada keadaan yang
lain. Dalam bahasa firmannya ialah, maka
apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain) (QS, 94:7). Sedih dan bahagia, ditolak dan diterima,
diabaikan dan diperhatikan, kepalsuan dan kenyataan, pait dan manis. Barangkali
sedikit warna kehidupan yang selalu datang menghampiri kita. Beragam peristiwa
dari yang menggenakkan hingga menyesakkan yang membuat hati gundah, gulana,
gamang, gusar, dan galau saling bergantian mampir dalam hidup kita. Sebenarnya,
tidak ada masalah dengan keadaan itu semua. Karena suka tidak suka, mau tidak
mau, menolak atau tidak, dia tetap datang tanpa kita memiliki kuasa untuk
menolaknya. Tidak ada masalah dengan keadaan apapun, sepanjang kita bisa
menerima dan memetik makna dibalik setiap peristiwa yang ada.
Penulis meyakini apapun
di dunia ini, pasti jalannya kehidupan tidak semuanya sesuai dengan keinginan
kita. Bahwa, tidak semuanya mulus sesuai keinganan kita. Untuk itu daripada
kita lelah memikirkan apa yang sudah terjadi. Kenapa, tidak sesuai keinginan
dan hanya menguras tenaga. Lebih baik menerima semuanya yang ada. Nasi sudah
menjadi bubur, tidak mungkin bubur bisa kembali jadi nasi. Lebih baik bagaimana
caranya kita nyari cakwe, suwiran ayam, air kaldu, kecap asin, kerupuk, emping,
dan sebagainya. Agar menjadi bubur ayam special.
Terimalah, karena
dengan melawan sekuat tenaga apapun terkadang hanya menguras tenaga tanpa makna
dan tanpa arti. Dalam hidup ini bukan berarti kita tidak boleh berjuang
mendapatkan harapan pertama kita. Tetapi Apa? Kini, semuanya sudah terjadi dan
sudah berlangsung. Apa yang sudah terjadi, sudah tidak mungkin dicegah. Bukan
kuasa kita untuk itu. Kata menerima akan membantu kita mendapatkan ketenangan.
Menjauhkan kegelisahan atau Kegalauan yang tidak ada habisnya. Berdamailah
dengan semua perasaan yang ada. Kita tidak akan dapat melangkah kedepannya
dengan maksimal. Bila kita belum bisa menerima, apa yang terjadi sekarang ini.
Karena apa? Kita masih terus menyesali apa yang sudah terjadi.
Rasa kecewa,
pait, menyesal, sedih, dan galau itu manusiawi. Mau diapain semuanya sudah
terjadi. Jadi apa? Yaudah, terima dulu. Mau diapain yaudah terima. Nah dari itu
baru kembali menyusun strategi yang lain. Ridholah dengan apa yang sudah di’garis’kan
untuk kita. Memang sudah seperti itu jalannya. Sebab dengan kita berhasil
menerima, kita akan lebih mengerti dan lebih memahami makna yang tersirat. Seringkali,
sesuatu yang kurang enak, diijinkan mampir atas diri kita agar kita terhindar
dari sesuatu yang lebih menyakitkan. Begitulah memang kehidupan kita
dengan segala peristiwa dan kejadian yang menghampiri. Kita harus (belajar)
menerima dan memahami dari setiap makna. Sudahlah cukup, melihat sisi negatif
sebuah keadaan yang tidak menyenangkan, yang terjadi pada diri kita. Dan jangan
pula pernah ada perasaan buruk sangka kepada-Nya, apalagi menuduh-Nya berlaku
tidak adil, jika secara kasat mata orang lain lebih beruntung dari kita. Sebab
boleh jadi, Tuhan sebenarnya ingin memberi sesuatu yang lain, yang nilainya lebih besar dari apa yang diterima
orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar