Sebentar, PHP disini
bukan akronim dari kata Pemberi Harapan Palsu. Bosan rasanya, penulis mendengar
kata-kata Pemberi Harapan Palsu. Entah itu PHP atau di PHP-in lah. Udah tau dikasih kepalsuan, masih aja dikejar dan ditunggui.
Hehe. Kan aneh, mungkin sudah terputus logika berpikirnya (barangkali). Untuk itu
konteks disini lebih melihat PHP secara positif. Yaa, PHP alias Pemuda
Harapan Pasangan rasanya sangat indah sekali untuk dingat. Terus yang ga punya pasangan gimana? Gak masalah. Ada Bunda kita, kita harus yang jadi harapan Bunda kita. Judul tulisan diatas
sebenarnya sudah lama ingin saya posting, tapi entah kenapa ketika ingin
meyelesaikan tulisan ini selalu mandek ditengah jalan. Namun gairah untuk
menyelesaikan tulisan yang sangat sederhana ini kembali muncul. Ketika, kemarin
sewaktu sholat jumat sang penceramah mengambil judul khotbah “Menjadi Ayah Yang
Amanah”. Nah dari situlah hasrat menyelesaikan tulisan ini kembali hadir.
Walaupun dari tulisan ini lebih dikemas sangat sederhana.
Bagi saya pemuda atau
laki-laki itu memiliki tanggung jawab yang besar di setiap kehidupan. Mau itu kehidupan berbangsa, bernegara, keluarga, atau minimal banget untuk
dirinya sendiri. Pemuda bagi saya adalah jantung dari sebuah kemajuan bangsa
yang besar. Di tangan pemudalah estafet kepemimpinan bangsa berganti. Pemudalah
sebagai mesin penggerak pembangunan bangsa. Tidak berlebihan rasanya bila
menyebutkan maju atau mundurnya suatu bangsa di masa yang akan datang sangat
ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh para pemudanya saat ini. Disisi yang
lebih mendalam lagi. Jelas, setiap
laki-laki pasti akan menjadi kepala rumah tangga atau paling tidak kepala rumah
pacaran-lah (bagi yang berpacaran) hehe. Sudah menjadi fitrahnya, bagi seorang
pemuda atau laki-laki akan menjadi seorang ‘imam’ untuk memimpin seorang wanita
atau pasangannya. Pemuda (laki-laki) akan menjadi calon ayah untuk
putra-putrinya. Pemuda tanggungjawabnya sangat besar bagi dirinya sendiri
ataupun orang-orang disekelilinginya dan orang yang dipimpinnya.
Yah pemudalah nantinya
akan menjadi seorang pemimpin. Pemimpin sudah sepantasnya bisa menjadi role model bagi yang dipimpin (baca: pasangan).
Tentunya, pasangan dari seorang pemuda pasti mempunyai harapan dari yang akan
kelak memimpinnya sekarang atau dikemudian hari. Pemimpin harus bisa menjadi
contoh untuk pasangannya, harus bisa memberikan suri teladan yang baik, dan
yang paling penting harus bisa menjadi panutan pasangannya. Tanggungjawab utama
seorang pemimpin adalah mampu meng’gendong’ pasangannya. Bukan lagi sekedar
menuntun pasangannya, namun meng'gendong'. Memikul semua berat maupun beban dari pasangannya.
Ia harus bisa menjadi penjuru dan sandaran bagi pasangannya. Luarbiasa, penjuru
dan sandaran dari pasanganya. Bagaimana pemuda bisa menjadi penunjuk jalan, mau
dibawa kemana arah bahtera sebuah hubungan yang akan dilalui nya sekarang atau
kedepannya. Jadilah pemuda yang diingat karena content-nya, bukan karena packaging-nya. Buat apa jadi pemuda kalo hanya diingat berdasarkan tampilan luar (kemasannya), yang penting ialah 'isi' dari seorang pemuda. Tampilan luar terkadang suka tidak tulus dan cenderung menipu. Lebih baik gagah dan kokoh di dalam, daripada gagah dan kokoh diluar namun ringkih dan gontai di dalam. Ringkih dan gontai maksudnya apaan sih? Gampang galau, ragu (plin-plan) mengambil keputusan, cemen dalam mengambil resiko, sukanya yang instan-instan, dan tidak tahan terhadap proses.
Pemuda itu harus pantang sama galau, berani mengambil resiko, dan
berani menjadi tameng untuk pengikutnya. Memang terdengar agak berlebihan
sekali menyikapinya semua ini. Namun saya yakin, cepat atau lambat, sekarang atau nanti, suka atau tidak suka, setiap pemuda
pasti akan merasakan dan mengalami. Mau itu dalam keadaan tidak dipaksa atau dipaksa oleh keadaan. Bahwa, pemuda memiliki tanggungjawab yang
lebih besar dibanding pemudi. Jadi, mumpung masih muda, lebih baik menyadari
hal ini di awal. Daripada, menyesal dikemudian hari. Persiapkan segala
sesuatunya secara tepat, terukur, dan terarah. Tepat, tentukan kita mau jadi apa, tujuannya apa. Terukur, kapan waktunya untuk mencapai
itu semua. Ada target yang dipetakan. Terarah, buat garis
koridornya titik-titik mana dari pencapaiannya yang harus dilalui. Agar tahu
kita berada dalam track yang benar
atau tidak, atau paling tidak, kita mengetahui sudah sampai atau belum, nyasar atau tidak. Maka dari itulah, lebih baik tahu di awal daripada tahu di akhir yang pada akhirnya penyesalan yang ada. Mudah-mudahan jangan sampai hal itu terjadi. Untuk itu sebelum menjadi PHB (Pemuda Harapan Bangsa), tidak ada salahnya terlebih dahulu menjadi PHP (Pemuda Harapan Pasangan). Yakinlah, bila kita sudah jadi Pemuda Harapan Pasangan, maka tinggal nunggu waktu kita akan jadi Pemuda Harapan Bangsa. Amiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar