Rabu, 08 Januari 2014

PHP (Pemuda Harapan Pasangan)



Sebentar, PHP disini bukan akronim dari kata Pemberi Harapan Palsu. Bosan rasanya, penulis mendengar kata-kata Pemberi Harapan Palsu. Entah itu PHP atau di PHP-in lah. Udah tau dikasih kepalsuan, masih aja dikejar dan ditunggui. Hehe. Kan aneh, mungkin sudah terputus logika berpikirnya (barangkali). Untuk itu konteks disini lebih melihat PHP secara positif. Yaa, PHP alias Pemuda Harapan Pasangan rasanya sangat indah sekali untuk dingat. Terus yang ga punya pasangan gimana? Gak masalah. Ada Bunda kita, kita harus yang jadi harapan Bunda kita. Judul tulisan diatas sebenarnya sudah lama ingin saya posting, tapi entah kenapa ketika ingin meyelesaikan tulisan ini selalu mandek ditengah jalan. Namun gairah untuk menyelesaikan tulisan yang sangat sederhana ini kembali muncul. Ketika, kemarin sewaktu sholat jumat sang penceramah mengambil judul khotbah “Menjadi Ayah Yang Amanah”. Nah dari situlah hasrat menyelesaikan tulisan ini kembali hadir. Walaupun dari tulisan ini lebih dikemas sangat sederhana. 

Bagi saya pemuda atau laki-laki itu memiliki tanggung jawab yang besar di setiap kehidupan. Mau itu kehidupan berbangsa, bernegara, keluarga, atau minimal banget untuk dirinya sendiri. Pemuda bagi saya adalah jantung dari sebuah kemajuan bangsa yang besar. Di tangan pemudalah estafet kepemimpinan bangsa berganti. Pemudalah sebagai mesin penggerak pembangunan bangsa. Tidak berlebihan rasanya bila menyebutkan maju atau mundurnya suatu bangsa di masa yang akan datang sangat ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh para pemudanya saat ini. Disisi yang lebih mendalam lagi. Jelas, setiap laki-laki pasti akan menjadi kepala rumah tangga atau paling tidak kepala rumah pacaran-lah (bagi yang berpacaran) hehe. Sudah menjadi fitrahnya, bagi seorang pemuda atau laki-laki akan menjadi seorang ‘imam’ untuk memimpin seorang wanita atau pasangannya. Pemuda (laki-laki) akan menjadi calon ayah untuk putra-putrinya. Pemuda tanggungjawabnya sangat besar bagi dirinya sendiri ataupun orang-orang disekelilinginya dan orang yang dipimpinnya. 

Yah pemudalah nantinya akan menjadi seorang pemimpin. Pemimpin sudah sepantasnya bisa menjadi role model bagi yang dipimpin (baca: pasangan). Tentunya, pasangan dari seorang pemuda pasti mempunyai harapan dari yang akan kelak memimpinnya sekarang atau dikemudian hari. Pemimpin harus bisa menjadi contoh untuk pasangannya, harus bisa memberikan suri teladan yang baik, dan yang paling penting harus bisa menjadi panutan pasangannya. Tanggungjawab utama seorang pemimpin adalah mampu meng’gendong’ pasangannya. Bukan lagi sekedar menuntun pasangannya, namun meng'gendong'. Memikul semua berat maupun beban dari pasangannya. Ia harus bisa menjadi penjuru dan sandaran bagi pasangannya. Luarbiasa, penjuru dan sandaran dari pasanganya. Bagaimana pemuda bisa menjadi penunjuk jalan, mau dibawa kemana arah bahtera sebuah hubungan yang akan dilalui nya sekarang atau kedepannya. Jadilah pemuda yang diingat karena content-nya, bukan karena packaging-nya. Buat apa jadi pemuda kalo hanya diingat berdasarkan tampilan luar (kemasannya), yang penting ialah 'isi' dari seorang pemuda. Tampilan luar terkadang suka tidak tulus dan cenderung menipu. Lebih baik gagah dan kokoh di dalam, daripada gagah dan kokoh diluar namun ringkih dan gontai di dalam. Ringkih dan gontai maksudnya apaan sih? Gampang galau, ragu (plin-plan) mengambil keputusan, cemen dalam mengambil resiko, sukanya yang instan-instan, dan tidak tahan terhadap proses.    

Pemuda itu harus pantang sama galau, berani mengambil resiko, dan berani menjadi tameng untuk pengikutnya. Memang terdengar agak berlebihan sekali menyikapinya semua ini. Namun saya yakin, cepat atau lambat, sekarang atau nanti, suka atau tidak suka, setiap pemuda pasti akan merasakan dan mengalami. Mau itu dalam keadaan tidak dipaksa atau dipaksa oleh keadaan. Bahwa, pemuda memiliki tanggungjawab yang lebih besar dibanding pemudi. Jadi, mumpung masih muda, lebih baik menyadari hal ini di awal. Daripada, menyesal dikemudian hari. Persiapkan segala sesuatunya secara tepat, terukur, dan terarah. Tepat, tentukan kita mau jadi apa, tujuannya apa. Terukur, kapan waktunya untuk mencapai itu semua. Ada target yang dipetakan. Terarah, buat garis koridornya titik-titik mana dari pencapaiannya yang harus dilalui. Agar tahu kita berada dalam track yang benar atau tidak, atau paling tidak, kita mengetahui sudah sampai atau belum, nyasar atau tidak. Maka dari itulah, lebih baik tahu di awal daripada tahu di akhir yang pada akhirnya penyesalan yang ada. Mudah-mudahan jangan sampai hal itu terjadi. Untuk itu sebelum menjadi PHB (Pemuda Harapan Bangsa), tidak ada salahnya terlebih dahulu menjadi PHP (Pemuda Harapan Pasangan). Yakinlah, bila kita sudah jadi Pemuda Harapan Pasangan, maka tinggal nunggu waktu kita akan jadi Pemuda Harapan Bangsa. Amiin...  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar