Adanya pergantian dalam
kehidupan ini merupakan harga yang tidak bisa kita tawar (pasti). Ada kehidupan
tentunya ada kematian, terangnnya siang akan diganti gelapnya malam, ada
kalanya kita berada pada posisi yang membuat kita nyaman dan senang, tapi adakalanya
kita berada pada kondisi yang serba tidak menentu, tidak enak, gelisah, atau
pada intinya kondisi yang tidak kita harapkan. Hal tersebut merupakan wewenang
dan hak prerogatif sang Pencipta sebagai pengatur jalannya roda kehidupan
manusia di muka bumi ini, karena tidak ada daya dan kekuatan apapun yang bisa
membantah (menafikkan) akan hal itu. Kita memang tak akan pernah mungkin lepas
dari kehendak sang Pencipta. Kehendak sang Pencipta akan bicara pada kita dan
kehidupan kita. Baik kita rela atau sekalipun terpaksa. Lorong hidup ini tak
selamanya terang. Terkadang kita harus melalui keadaan-keadaan yang gelap. Yah
memang ada hari untuk kita dan ada hari yang bukan milik kita.
Bila hari ini kita
merasa paling bahagia di dunia. Namun yakin di hari lain kadang kita merasa
tidak ada yang paling sengsara dibandingkan kita. Itulah dunia yang berputar
dibawah kehendak sang Pencipta. Ketika kita dinaungi kebahagian sepertinya kita
lupa bahwa kesulitan cepat atau lambat akan datang menyapa kita secara
bergantian dengan kebahagian. Dalam hal ini kita tentu saja bukan menantang
akan datangnya kesulitan. Melainkan yang harus kita pahami bahwa kesulitan dan
kebahagian itu pasti bergantian. Manusiawi memang bila kita begitu berat,
meyakini bahwa kesulitan pasti akan datang. Orang bijak mengatakan, kita
memerlukan kesulitan, agar kebahagian menjadi punya nilai dan makna. Kita pun
memerlukan kesulitan agar kebahagian menantang untuk dicari, dikejar, dan
akhirnya dinikmati. Namun terkadang, bila kesulitan datang sesuai waktu yang
ditetapkan-NYA terkadang kita berontak untuk menolak akan kedatangannya.
Padahal kebahagian dan kesulitan akan datang pada waktunya. Yah karena itulah,
semua (pasti) ada waktunya.
Yaa memang hidup itu
semua ada waktunya, ada waktunya kita bersuka dan waktunya kita berduka.
Tinggal kita selalu bersiap saja dalam menghadapi kondisi-kondisi tersebut.
Waktu lagi suka janganlah terlalu jumawa, angkuh, dan merasa mentang-mentang
apalagi sok. Seolah-olah keberhasilan kita karena kemampuan kita sendiri
atas buah usaha kita sendiri padahal tidak. Keberhasilan kita adalah
keberhasilan orang-orang terdekat kita juga (orang tua, keluarga, pasangan,
teman, sahabat). Ingat itu! Suksesnya kita merupakan suksesnya orang-orang
terdekat kita juga. Begitu juga saat kita susah, janganlah merasa rendah diri
dan putus asa. Ketika lagi susah ingatlah masa-masa terbaik kita, niscaya kita
tidak akan terlalu sakit. Kalau kata anak muda jaman sekarang “Semua akan indah
pada waktunya”. Tetapi sesuatu hal tidak akan (pernah) indah, tanpa kita
perjuangkan secara habis-habisan dan menggebu-gebu. Masih banyak manusia
(termasuk saya) yang tidak menyadari arti dari sebuah pergantian dalam
hidup.
Seringkali kita
berontak (gelisah dan galau) ketika pergantian tersebut tidak sesuai dengan apa
yang kita harapkan dan inginkan. Kita hanya bisa menyalahkan keadaan, bahkan
dalam kondisi terburuk kita menyalahkan orang lain bahkan terkadang keluarga
terdekat. Padahal bila kita cermati semua itu merupakan pelajaran yang harusnya
dapat kita maknai secara mendalam. Pelajaran yang akan membentuk pribadi kita
menjadi lebih tangguh dan tahan banting (tidak manja dan tidak cengeng). Tulisan diawal mengungkapkan
semua (pasti) ada waktunya, Setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada
kepuasaan. Setelah lelah ada istirahat. Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam
kesulitan akan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan ada terang benderang.
Yahh begitulah hidup berputar dan bergilir menunggu waktunya yang akan tiba
secara bergantian. Orang yang berpuasa saja, ada waktunya berbuka puasa.Tidak
mungkin berpuasa sehari penuh.
Bila kita sekarang lagi
berduka atau bersedih ingatlah masa-masa keemasan kita masa terindah dan
terbaik kita. Bila hari ini kegagalan sedang berada di sekitar kita. Ingatlah
kesuksesan apa yang sudah kita rengkuh selama ini yang lalai untuk kita
syukuri. Bila kita hari ini sedang menghitung-hitung kegagalan yang kita alami.
Sudah sepantasnya kita bersikap adil, untuk menghitung pula segala kesuksesan
yang sudah kita peroleh. Rasanya, bila dihitung-dihitung nikmat yang sudah kita
peroleh pun kita tidak akan pernah sanggup untuk menghitungnya. Dalam bahasa
firman: Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang engkau dustakan? (QS:Ar-Rahman).
Oleh karena itu, mumpung hayat masih dikandung badan berikanlah dan
kerjakanlah segala sesuatunya yang terbaik pada hari ini dan sekarang
juga. Tidak perlu memikirkan masa depan akan seperti apa, karena semuanya
masih ghaib. Tidak perlu pula menyesali
keadaan masa lalu, yang lalu biarlah berlalu. Kita hidup pada hari ini, sudah
selayaknya kita berjuang yang terbaik pada hari ini.
Terus timbul
pertanyaan, kalau berbicara waktu, sampai kapan donk? Sampai kapan kita harus
menunggu? Waktunya kapan? Jodoh, maut, dan rezeki itu ghaib semuanya. Kalau memang belum dikasih kita mau apa? Kehidupan
kan bukan kita yang punya. Kita tidak akan pernah tau kapan dikasihnya oleh
sang Pencipta. Ada ungkapan mengatakan, Kalau
sudah rezekinya pasti tidak akan lari kemana, namun dalam mencari rezeki harus
kemana-mana. Menunggu memang berat. Menunggu itu tidak enak. Menunggu akan
penantian memang butuh kesabaran. Sabar bukan berarti diam. Sabar bukan berarti
tidak boleh menangis atau sedih. Sabar bukan berarti tidak boleh galau. Namun
saya meyakini, bahwa sesuatu itu di dunia sudah ada takarannya masing-masing.
Sudah ada waktunya masing-masing (Kapan, dimana, dan bagaimana). Sang Pencipta
lebih tahu daripada kita kapan waktu yang tepat kita diberikan nikmat oleh-NYA.
Karena DIA tidak pernah terburu-buru. Karena DIA tidak pernah telat. DIA selalu
memberikan tepat pada waktunya kelak. Karena apa, Dialah yang Maha Mengetahui
dan Maha Penyayang. Kita tidak bisa memperlama atau mempercepat apa yang memang
belum di takdirkan untuk terjadi. Yakin kan dalam hati Anda, bahwa semua
(pasti) ada waktunya. Pada hari ini lah kita hidup, hidup untuk memaksimalkan
apa yang sedang kita ikhtiarkan untuk menjadi kenyataan. Biarkan hari esok
datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya dan jangan
pula pernah menanti kesulitannya. Karena, hari ini Anda sudah sangat sibuk
untuk memaksimalkan kualitas pribadi Anda yang sungguh luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar