Dalam kehidupan ini
kita pasti selalu berinteraksi dengan orang lain. Bisa itu berinteraksi dengan
lingkungan yang jauh. Ataupun berinteraksi dengan lingkungan yang
terdekat. Lingkungan terdekat bisa
disebut juga tetangga. Hubungan ketetanggaan di kota besar seperti Jakarta, terkadang
dianggap sebagai sesuatu yang dianggap sepele atau biasa. Maklum saja kehidupan
masyarakat kota besar memang penuh dengan kompetisi dan persaingan. Sulit
sekali bisa berinteraksi dengan tetangga, karena keterbatasan waktu yang ada.
Lain halnya bila hubungan ketetanggan yang terjadi di daerah penuh dengan
kekeluargaan karena memang banyak hal yang menunjang kekeadaan tersebut.Terlihat corak perbedaan yang sangat kentara antara kota dan daerah dalam
hubungan ketetanggaan.
Jumat lalu, tetangga dekat saya baru saja melaksanakan akad nikah. Hubungan saya
dan dia sangat dekat seperti keluarga sendiri (mungkin). Sewaktu lamaran dan
melangsungkan prosesi akad nikah saya selalu berada di dekatnya.Tetangga saya ini
sudah saya anggap seperti keluarga sendiri. Hubungan emosional antara saya dan
dia memang sudah terjalin dari saya kecil. Boleh dibilang dialah pelindung saya
sewaktu saya masih kecil dari orang-orang ‘jahil’ ketika bermain hehehe. Ketika
prosesi ijab kabul selesai, saya terharu juga waktu itu karena ikut senang. Namun
disisi lain saya berpikir kalau dia sudah berkeluarga berarti saya dan dia
sudah jarang bertemu. Sedih juga rasanya kalau begini. Tapi tak apalah. Mungkin memang
sudah waktunya. Karena itulah saya terbersit untuk menulis tentang tetangga depan,
kanan, dan kiri saya yang sudah sangat baik terhadap keluarga saya.
Tetangga adalah orang
yang secara fisik dekat dengan kita. Dialah orang terdekat kita. Sangat dekat sekali bahkan. Merekalah yang
nyata-nyata berada di sekeliling kita. Siapapun orang yang mengaku-ngaku dekat dengan
kita, masih kalah dengan tetangga kita. Kita punya pasangan yang kita sayangi dan cintai,
tetap saja masih jauh dari kita. Kita punya kakek, nenek, pakde, budhe, pakle,
atau bulik yang saya sayang sama kita, kalau tidak serumah, tetap masih kalah juga
dengan tetangga. Kalau kita punya sahabat atau temen akrab yang sangat setia
dan baik hati tetap saja masih kalah dengan tetangga yang secara fisik paling
dekat dengan kita. Artinya, jika terjadi sesuatu dengan kita atau keluarga kita
tetaplah tetangga yang pertama kali akan menolong kita. Coba bayangkan ketika
keluarga Anda ada yang meninggal, siapa yang pertama kali menolong? Saudara (pakde, budhe, bulik, paklek) bukan, atau pasangan kita yang akan menolong
tentu lebih bukan. Bukan.Yang pertama menolong adalah tetangga. Iya tetangga. Ketika di rumah tidak ada orang, kita menitip
kunci pasti sama tetangga (ini yang sering saya lakukan, nitip kunci) hehehe. Bukan sama saudara. Intinya ketika ada musibah atau kesulitan apa pun yang menimpa kita, pasti tetanggalah yang pertama menolong
kita. Dialah orang pertama yang akan menolong dan membantu kita. Itu pasti, tetangga! Sungguh luar biasa memang keberadaan tetangga untuk kehidupan kita. Meminjam istilahnya SBY, tidak berlebihan rasanya bila menyebutkan
tetanggalah sebagai ‘Garda Terdepan’ dalam membantu dan
menolong kita dengan sigap.
Demikian pula dengan
berbagi kegembiraan. Seperti misalnya tetangga saya ingin siraman, lamaran, dan
akad nikah tetanggalah yang pertama menolong atau membantu. Atau misalnya ada
acara sukuran, sunatan, arisan dan sebagainya pasti tetanggalah yang akan kita
undang dan datang memenuhi undangan kita. Sederhananya, baik suka maupun duka, tetanggalah orang pertama yang
membantu memenuhi kebutuhan kita. “Diantara
kebahagian seseorang di dunia adalah
(memiliki) tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman,dan rumah yang luas (HR. Ahmad
dan Ibnu Hibban)”. Dari kalimat diatas dapat dilihat tetanggalah puncak
kebahagian pertama seorang berada di dunia ini, bukan mobil mewah atau rumah yang luas. Bahkan memiliki tetangga yang
baik, mengalahkan mobil dan rumah. Berarti memiliki tetangga yang baik adalah
suatu kenikmatan yang melampaui dari mobil yang bagus dan rumah yang luas. Coba
anda bayangkan ketika naik mobil mewah atau punya rumah yang luas dilengkapi
kolam renang nilai tersebut masih kalah dengan memiliki tetangga yang baik. Memiliki
tetangga yang baik berada di ‘Rangking 1’, mobil mewah, dan rumah yang luas
ternyata itu nomor kesekian.
Namun dalam hal ini, saya bukan melarang Anda untuk memiliki mobil mewah dan rumah luas.Tetapi memiliki tetangga yang baik, merupakan kebahagian yang nyata. Karena apa, semua orang pasti memiliki tetangga, tetapi belum tentu semua orang punya mobil mewah dan rumah bagus. Nah karena itulah sebelum punya mobil mewah dan rumah bagus, dengan memiliki tetangga yang baik sebenarnya hal itu sudah membuat kita bahagia juga. Artinya sekali lagi, memiliki tetangga yang baik itu memang sebuah nikmat juga yang sudah sepatutnya untuk kita syukuri. Untuk itulah berbuat baik terhadap tetangga merupakan suatu keharusan. Apapun yang kita tanam, pasti ‘buah’ nya akan kita rasakan sesuai yang kita tanam. Menanam kebaikan maka kita akan memetik 'buah' dari kebaikan yang kita tanam. Itu pasti, cepat atau lambat bersiaplah untuk memetiknya. Ingatlah, Kebaikan yang kita lakukan pasti akan berpulang kepada diri kita sendiri (QS. Al-Isra (17): 7). Apalagi berbuat baik terhadap tetangga, orang yang nyata-nyata paling dekat dengan kita. Pasti kita akan langsung merasakan kebaikan yang kita tanam.
Namun dalam hal ini, saya bukan melarang Anda untuk memiliki mobil mewah dan rumah luas.Tetapi memiliki tetangga yang baik, merupakan kebahagian yang nyata. Karena apa, semua orang pasti memiliki tetangga, tetapi belum tentu semua orang punya mobil mewah dan rumah bagus. Nah karena itulah sebelum punya mobil mewah dan rumah bagus, dengan memiliki tetangga yang baik sebenarnya hal itu sudah membuat kita bahagia juga. Artinya sekali lagi, memiliki tetangga yang baik itu memang sebuah nikmat juga yang sudah sepatutnya untuk kita syukuri. Untuk itulah berbuat baik terhadap tetangga merupakan suatu keharusan. Apapun yang kita tanam, pasti ‘buah’ nya akan kita rasakan sesuai yang kita tanam. Menanam kebaikan maka kita akan memetik 'buah' dari kebaikan yang kita tanam. Itu pasti, cepat atau lambat bersiaplah untuk memetiknya. Ingatlah, Kebaikan yang kita lakukan pasti akan berpulang kepada diri kita sendiri (QS. Al-Isra (17): 7). Apalagi berbuat baik terhadap tetangga, orang yang nyata-nyata paling dekat dengan kita. Pasti kita akan langsung merasakan kebaikan yang kita tanam.
Untuk seorang Muslim, tidak cukup untuk
sekedar berbuat baik saja terhadap tetangga, tetapi bahkan memuliakannya. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
Akhir maka muliakanlah tetangganya (HR.Muslim)”. Memuliakan itu nilainya
lebih diatas sekedar berbuat baik. Artinya kalau memang kita belum bisa untuk
memuliakan paling tidak berbuat baik lah semampu kita terhadap tetangga kita. Untuk
itu, mau Anda jenderal, profesor, pejabat, artis, orang terkenal, orang kaya,
memiliki ketampanan atau kecantikan pasti Anda akan butuh tetangga. Pasti akan
butuh! Mungkin bukan sekarang Anda butuh tetangga, tetapi kedepan pasti akan
butuh tetangga. Oleh karena itu berbuat baiklah terhadap tetangga, menolong
baik diminta maupun tidak, saling menjaga, saling memperhatikan, tanggap jika
ada kesulitan, jangan menyakiti atau menzalimi mereka, dan mengerti lah atas
ketidaktahuan atau keterbatasan mereka. Bergembiralah ketika tetangga
bergembira, berdukalah ketika mereka berduka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar