Senin, 10 September 2012

Mudah-mudahan



Ya manusia boleh berharap. Bahkan harus berharap. Tentang apa saja. Tetapi Sang Pencipta jua yang menentukan dan memberikan. Ini berlaku untuk siapa saja. Betapa seluruh pengharapan yang kita upayakan, harus ada ruang yang kita sisakan untuk Maha Yang Berkuasa atas segala sesuatu. Bahwa untuk sebuah keselematan, kesuksesan, manusia memang harus mengejar jalan kesananya. Tetapi DIA saja yang menentukan hasilnya. Mungkin ada ungkapan “ Kalau sudah rezeki (jodoh) pasti tidak akan kemana, tetapi kalau mencari rezeki (jodoh) harus kemana-mana”. Namun tetap endingnya ada di Tangan Sang Pencipta yang Maha Menentukan.

Hidup memang serangkaian usaha demi usaha. Sambungan ikhtiar demi ikhtiar yang terus berlanjut. Tetapi pada ujung usaha dan puncak ikhtiar itu tak lantas langsung berhubungan (korelasi) dengan keberhasilan dan kesuksesan. Kata bapak saya, hidup itu tidak seperti matematika 2+2= 4. Tidak begitu, tetapi hidup melainkan rekayasa Sang Pencipta yang Maha mengetahui apa yang paling baik buat kita. Maksudnya, dalam usaha dan ikhtiar kita pasti ada 'campur tangan' Sang Pencipta yang mengatur segalanya. Yakin itu. Ada simpul lain yang berbeda, yang menghubungkan dengan keberhasilan itu. Simpul itu ialah kehendak Sang Pencipta. Simpul yang tidak diketahui oleh manusia. Simpul itu benar-benar wilayah yang gelap gulita bagi kita semua (QS.Luqman:34) 

Bila pada simpul usaha, kita memang (wajib) harus melakukan segala sesuatunya dengan baik, professional, tertib, penuh semangat, penuh cinta, namun disisi lain pada area yang gelap itu hanya ada satu cara untuk menyikapinya: berdoa, berharap, berserah kepada-NYA. Karenanya, ruang gelap ini sangat bisa dilihat pada ekspresi apa adanya setiap orang, bahwa pada setiap ikhtiar yang diusahakannnya, mau tidak mau, ia harus menutup kalkulasi optimisnya dengan kata ‘semoga’ atau’mudah-mudahan’. Persis seperti seorang ibu yang melepas anaknya keruang ujian. Ia tahu anaknya telah rajin belajar. Tetapi tak urung ia harus mengatakan. “Mudah-mudahan kamu berhasil, ya nak. Ibu selalu berdoa untuk kamu”

Mungkin saat ini diantara kita ada yang punya banyak masalah. Seringkali gagal, sedang menunggu sesuatu yang tidak pasti, misalnya. Atau tengah dirundung kegelisahan yang teramat dalam. Pada pekerjaan kita, misalnya. Hubungan percintaan, mungkin. Atau pada proses belajar kita, usaha kita atau dalam urusan apapun. Mungkin juga kita merasa sedang di uji, tanpa orang lain tahu dan mau tahu. Seakan-seakan kesulitan menggunung pada diri kita sendiri. Mungkin juga apa yang telah kita rencanakan, kita susun, kita atur sedemikian jengkal demi jengkal, berjalan tidak sesuai yang kita harapkan. 

Kita harus punya cita-cita. Entah itu cita-cita pekerjaan, pendamping hidup, melanjutkan sekolah yang lebih baik. Dan kita harus mengejar semuanya itu. Tetapi tetap saja, harus ada ruang gelap yang kita sisakan, untuk segala ‘kata akhir’ dari kehendak Sang Penciptra. Pada ruang gelap itulah, kita menambatkan tekad kita, agar kita tak jadi latah bila mendapatkan nikmat, tidak juga putus asa bila menerima bencana. Untuk dan karena adanya ruang gelap pengharapan itulah, setiap waktu, setiap saat, kita harus bisa berdamai dan merpebaruhi secara berlanjut ‘simpul-simpul mudah-mudahan itu’. Ya mudah-mudahan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar