Sabtu, 18 Agustus 2012

Terima, cintai, akrabi, dia yang terlihat di cermin


Terima, cintai, akrabi, dia yang terlihat di cermin kalimat ini merupakan suatu kepasrahan yang mendalam. Pasrah atau berserah diri merupakan puncak keimanan seorang manusia terhadap pencipta-NYA. Karena segala sesuatunya hanya disandarkan hanya Kepada-NYA. Seringkali kita merasa bahwa diri kita banyak kekurangan atau serba kekurangan. Ketika bercermin dari kita sering bergumam: kok gendutan ya, kok pipinya chubi banget ya, kok matanya kurang begini ya, aduh alisnya kayanya kurang tebel deh, kok gw dodol banget ya orangnya, kok gw ga pinter ya, kok gw ga bisa kaya dia, dan seterusnya. Celakanya lagi bila sempat terucap, seandainya pipi saya begini, seandainya mata saya begini, seandainya hidung saya seperti dia, seandainya saya pinter, seandainya kaya dia pasti enak deh. Andai kata begini, andai kata begitu, jikalau begini, jikalau begitu. Disitulah celah setan sudah masuk mengganggu kita. Mungkin tidak akan ada habisnya bila kita bercermin melihat kekurangan kita. Membuat kita untuk tidak menerima segala ketentuan-NYA. Mungkin kita kurang bersyukur. Padahal bila kita bersyukur sejatinya kita akan ditambah kenikmatanya (QS. Ibrahim:7). Dia lah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Padahal memang tidak ada manusia yang sempurna. Kita harus menerima diri kita apa adanya dan jadikan apa yang ada itu sebagai sebuah kekuatan yang mendalam dan siap untuk dihentakan. 

Sang Pencipta telah menciptakan manusia masing-masing dengan segala kelebihannya. Percaya dan yakin lah bahwa kita punya segala kelebihan dan kebaikan. Terkadang kitanya saja yang belum mengelola dan mengeksplor nya secara luar biasa. Yang paling tahu diri kita sendiri adalah kita bukan? Kita harus yakin kita punya kelebihan yang luar biasa, itu yang penting. Yakin, setiap manusia punya kelebihan yang di tidak dimiliki oleh orang lain. Masing-masing dari kita itu pasti punya ciri khasnya masing-masing. Untuk itu penting kiranya kita mengetahui segala kelebihan kita yang terpendam selama ini. Tidak ada manusia yang diciptakan jelek semua. Manusia pun, jika menciptakan sesuatu pasti ciptaan itu ada manfaatnya dan memiliki kegunaan. Apalagi sang pencipta menciptakan makhluk yang dicipta “fii ahsana taqwim” Dalam bentuk sebagus-bagusnya. Lihat kata-kata itu dalam "bentuk sebagus-bagusnya". Berarti kita ini adalah yang terbaik, terbagus, dan terindah bukan. Luar biasa bukan, kita harus bangga itu. Maka cintailah diri kita sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi. 

Menerima, mencintai, dan mengakrabi diri sendiri merupakan kebahagian tersendiri. Bahagia itu sebenarnya mudah. Mudah karena bahagia itu tergantung pada diri kita sendiri. Ya sebab kebahagian itu tergantung cara pandang kita. Bahkan sebuah musibah kalau kita maknai secara positif maka bisa menjadi anugerah. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bahagia bukan. Dengan kita menerima diri kita apa adanya, mengakrabi dia yang terlihat di cermin, kita pasrah kepada Sang Pencipta. Yakin lah dalam hati ini Sang Pencipta pasti memberikan yang terbaik untuk hambanya (QS. Albaqarah: 216). Apa-apa yang ada di dalam diri kita ternyata untuk kepentingan diri kita sendiri. Untuk kebahagian kita. Akhirnya bersyukurlah kita. Kembali kita mengucapkan . “Alhamdulillah...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar