Terima, cintai, akrabi, dia yang terlihat di cermin
kalimat ini merupakan suatu kepasrahan yang mendalam. Pasrah atau berserah diri
merupakan puncak keimanan seorang manusia terhadap pencipta-NYA. Karena segala
sesuatunya hanya disandarkan hanya Kepada-NYA. Seringkali kita merasa bahwa diri kita banyak
kekurangan atau serba kekurangan. Ketika bercermin dari kita
sering bergumam: kok gendutan ya, kok pipinya chubi banget ya, kok matanya
kurang begini ya, aduh alisnya kayanya kurang tebel deh, kok gw dodol banget ya orangnya, kok gw ga pinter ya, kok gw ga bisa kaya dia, dan seterusnya. Celakanya lagi bila sempat terucap, seandainya pipi saya begini, seandainya
mata saya begini, seandainya hidung saya seperti dia, seandainya saya pinter, seandainya kaya dia pasti enak deh. Andai kata begini, andai
kata begitu, jikalau begini, jikalau begitu. Disitulah celah setan sudah masuk
mengganggu kita. Mungkin tidak akan ada habisnya bila kita bercermin melihat kekurangan kita. Membuat kita untuk tidak menerima segala ketentuan-NYA. Mungkin kita
kurang bersyukur. Padahal bila kita bersyukur sejatinya kita akan ditambah kenikmatanya
(QS. Ibrahim:7). Dia lah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Padahal memang tidak ada
manusia yang sempurna. Kita harus menerima diri kita apa adanya dan jadikan apa
yang ada itu sebagai sebuah kekuatan yang mendalam dan siap untuk dihentakan.
Sang Pencipta telah menciptakan manusia
masing-masing dengan segala kelebihannya. Percaya dan yakin lah bahwa
kita punya segala kelebihan dan kebaikan. Terkadang kitanya saja yang belum
mengelola dan mengeksplor nya secara luar biasa. Yang paling tahu diri kita
sendiri adalah kita bukan? Kita harus
yakin kita punya kelebihan yang luar biasa, itu yang penting. Yakin, setiap manusia punya kelebihan yang di tidak dimiliki oleh orang lain. Masing-masing dari kita itu pasti punya ciri khasnya masing-masing. Untuk itu penting
kiranya kita mengetahui segala kelebihan kita yang terpendam selama ini. Tidak ada manusia yang diciptakan jelek
semua. Manusia pun, jika menciptakan sesuatu pasti ciptaan itu ada manfaatnya dan memiliki kegunaan.
Apalagi sang pencipta menciptakan makhluk yang dicipta “fii ahsana taqwim” Dalam bentuk sebagus-bagusnya. Lihat kata-kata itu dalam "bentuk sebagus-bagusnya". Berarti kita ini adalah yang terbaik, terbagus, dan terindah bukan. Luar biasa bukan, kita harus bangga itu. Maka cintailah
diri kita sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi.
Menerima, mencintai, dan mengakrabi diri sendiri
merupakan kebahagian tersendiri. Bahagia itu sebenarnya mudah. Mudah karena
bahagia itu tergantung pada diri kita sendiri. Ya sebab kebahagian itu
tergantung cara pandang kita. Bahkan sebuah musibah kalau kita maknai secara
positif maka bisa menjadi anugerah. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bahagia
bukan. Dengan kita menerima diri kita apa adanya, mengakrabi dia yang terlihat
di cermin, kita pasrah kepada Sang Pencipta. Yakin lah dalam hati ini Sang
Pencipta pasti memberikan yang terbaik untuk hambanya (QS. Albaqarah: 216). Apa-apa yang ada di dalam diri kita ternyata
untuk kepentingan diri kita sendiri. Untuk kebahagian kita. Akhirnya
bersyukurlah kita. Kembali kita mengucapkan . “Alhamdulillah...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar