Rabu, 24 Oktober 2012

Memainkan Si ‘Burung Biru’



Mungkin Anda bingung dengan judul diatas. ‘Burung biru’ apa sih? Hah? Kok ‘burung biru sih. Maksudnya ‘burung biru’ disini ialah twitter.  Yup, ‘burung biru’ itu twitter. Coba Anda lihat gambar (logo) dari twitter, seperti burung dan berwarna biru muda. Bener kan? Sepakat kita sekarang. Untuk selanjutnya dalam tulisan ini twitter disebut ‘burung biru’. Jaman sekarang kalo ga punya ‘burung biru’ rasanya gimana gitu yaa, kaya ada yang kurang aja. Bayangkan saja mulai dari Presiden (RI-1), pembantu presiden alias menteri (bekas menteri), wakil menteri, professor  (akademisi), artis,  politisi, calon gubernur sampai anak SMP pasti punya burung biru. Apalagi anak muda ga usah ditanya pasti punya si ‘burung biru’ ini. Saya yakin Anda yang sedang membaca tulisan ini pun pasti punya ‘burung biru’ atau malahan sedang ‘burung biruan’ (twitteran) hehehe. Luar biasa memang si ‘burung biru’ yang satu ini. Bahkan kalo sekarang anak muda yang ga punya ‘burung biru’ terkesan aneh. Gimana engga, terkadang eksistensi anak muda dapat diliat dari Dia (anak muda) punya atau tidak  si ‘burung biru’. Kok gitu, apa buktinya? Biasanya, followers yang semakin banyak, semakin menunjukan eksistensi Dia dalam pergaulan. Atau semakin dikenal luas lah. Otomatis, semakin bangga pula Dia mempunyai followers yang banyak. Iya kan? Hehe. Luar biasa memang Si ‘Burung Biru’ ini.

Kata anak SMA begini “orang kalo sering update status di facebook itu alay, tapi kalo update statusnya di twitter itu baru keren”. Aneh memang ada-ada aja anak SMA jaman sekarang hehehe. Si ‘burung biru’ memang sudah menjadi keharusan (mungkin) untuk dimiliki. Ada unsur positif dan ada unsur negatif pula dalam memainkan si ‘burung biru’. Yah namanya juga kehidupan pasti berpasangan-pasangan lah ada positif dan ada negatif nya juga. Ya kan? Jujur saja, saya merasa kagum dan salut sama orang-orang yang memiliki followers sampai 1000 orang bahkan lebih. Tentu saja konteks disini ialah orang biasa bukan artis atau orang terkenal. Bayangkan dengan 140 kata dia bisa menarik simpati orang lain untuk mau menjadi pengikutnya. Luar biasa memang orang-orang yang memiliki followers sebanyak itu. Memainkan si ‘burung biru’ memang mengasyikan juga disaat jenuh, tanpa disadari atau tidak terkadang bisa menimbulkan kecanduan juga. Bahkan memainkan si ‘burung biru’ dapat menciptakan bahasa-bahasa baru dalam pergaulan (ciyuss, miapaah, cacihong, kode. modus, dlsb) hehehe.

Nah tapi ada sedikit yang menggelitik pikirin saya, dari orang-orang yang memiliki ‘burung biru’. Seringkali orang-orang tersebut meng-ngetweet sesuatu yang jumlahnya sangat banyak. Hampir belasan ribu bahkan puluhan ribu mungkin, istilahnya tweets. Mengungkapkan dan mengomentari sesuatunya sampai sebanyak itu. Luar biasa sekali menurut saya. Kok sesuatunya sih? Iya berarti orang tersebut terlampau sering mengomentari akan apapun dan dimanapun. Terkesan berkomentar tidak penting bahkan pengeluhan terhadap sesuatu apapun mengenai sekelilingnya diungkapkan kepada ‘burung biru’. Bila dihat dari gambarnya saja, twitter itu menunjukan sebuah icon dari burung. Burung logisnya ialah berkicau. Saya rasa tidak ada orang  yang mempunyai burung untuk dipelihara dengan kicauan yang tidak enak di dengar, tidak membangkitkan semangat, dan bahkan tidak bisa berkicau. Nah bila kita tahu akan hal itu, kenapa masih ada saja yang berkicau yang tidak enak di ‘dengar’ (mengeluh, menuntut, menggerutu, bahkan mengumpat, dlsb).

Wah saya saja kalo mendengar burung yang berkicau merdu, bisa menimbulkan kesenangan juga. Dengernya enak aja gitu kalo pagi-pagi ada burung yang berkicau merdu. Dengan kata lain cara anda memainkan si ‘burung biru’ itu secara tidak langsung menunjukan pribadi anda seperti apa. Kok gitu, tau darimana? Misalnya bila Anda sering menunjukan kelebihan diri, berarti Anda sudah terjangkiti virus narsisme. Mencintai diri sendiri tak berarti harus menunjukan kelebihan diri di hadapan umum (ruang publik). Sikap narsis adalah gejala membanggakan kelebihan dan keunggulan diri, sehingga menimbulkan sifat sombong dan takabur. Padahal sombong dan takabur perbuatan yang tidak disukai (Q.S.Luqman: 18 & Q.S. Al-Mu'min: 60). Terus timbul pertanyaan, ini kan ‘burung biru’ gue? Terus masalah buat loh? (gaya sok imah, hehehe). Memang tidak masalah juga sih, itu hak Anda semua. Semua keputusan ada ditangan Anda.Yah memang Anda bebas berkicau tentang apa pun dan kapanpun. Tetapi perlu diingat juga, biasanya segala sesuatu yang berlebihan akan berakhir mengecewakan. Kok gitu? Apa Buktinya? Makan, makan yang berlebihan saja, bisa menyebabkan kelebihan berat badan. gerakan menjadi tidak enak, dan penampilan kurang terlihat serasi. Terus misalnya, dandan atau bersolek. Dandan yang berlebihan saja akan terlihat medok atau menor tidak enak dilihat rasanya hehehe. Contoh lain misalnya, perhatian. Perhatian, walaupun sebagai bentuk ungkapan cinta terhadap orang lain, namun bila berlebihan malahan jadinya posesif dan mengganggu. Justru kalau sudah begitu malahan menimbulkan ketidaknyamanan. Ya kan? Hehehe. Berlebihan, dalam hal apapun (ngetweet) selalu memberi akhir yang tak menyenangkan. Karena itulah, sikap berlebihan itu harus dihindari sebisa mungkin (Q.S Al Isra': 27). Ia tidak boleh menjadi pilihan atau solusi dalam menyelesaikan sesuatu. Namun entah mengapa selalu ada dorongan-dorongan yang ‘menggoda’ kita untuk melakukannya (ngetweet). Untuk itu berusahalah mencerminkan persepsi yang positif bagi sekeliling kita atau orang-orang terdekat kita. Apabila itu terjadi orang akan merasa senang bila berdekatan atau menjadi pengikut kita (followers). Akhirnya kita pun akan menjadi magnet yang selalu memancarkan energi positif di tengah-tengah mereka. 

Satu lagi yang tidak bisa dielakkan kebebasan adalah kendali diri. Kita memang punya kebebasan dalam berkicau di twitter. Sebagaimana kita memiliki kebebasan, orang lain pun memiliki kebebasan yang sama. Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita hanya ingin dihargai orang, ingin diberi kebebasan untuk berekspresi, tetapi kita mengabaikan bahkan melupakan bahwa orang lain yang punya kebebasan juga dan kita sedang merenggutnya darinya. Yah Anda memang bebas berkicau apa pun, itu hak anda. Namun disamping itu kebebasan bukanlah sekedar ekspresi tanpa batas, tetapi kebebasan adalah ketika kita mampu mengenal batas-batas dan ikatan yang berlaku dan mengendalikan diri kita untuk mengikuti ikatan-ikatan itu. Burung saja tau, kapan dia harus berkicau, kapan tidak. Itu burung, hewan yang tidak memiliki akal dan rasa. Massa iya kita kalah sama burung. Burung saja punya aturan dalam berkicau. Kenapa kita yang diberi akal dan rasa, tidak tahu kapan waktunya harus berkicau atau tidak hehehe. Pantaskanlah selalu diri ini untuk berada ditengah-tengah mereka (masyarakat). Sebab, disitulah akan tercermin bahwa kita adalah manusia yang mengerti aturan, etika, tata krama, berilmu, berperadaban, dan pantas berteknologi maju, bukan dizaman batu yang serba gelap gulita, bar-bar,  penuh intimidasi, seenaknya, dan penuh kekerasan. Tidak ada kebebasan tanpa adanya aturan. Kebebasan dan aturan harus jalan beriringan. Mustahil tiap-tiap individu memiliki kebebasan yang mutlak, karenanya ia dibatasi aturan-aturan yang merupakan kendali diri. Sudah semestinyalah ketika kita mengetahui akan hal ini. Alangkah indahnya bila kita dapat bijak memainkan si ‘Burung Biru’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar