Mungkin Anda bingung
dengan judul diatas. ‘Burung biru’ apa sih? Hah? Kok ‘burung biru sih. Maksudnya
‘burung biru’ disini ialah twitter. Yup, ‘burung biru’ itu twitter. Coba Anda lihat gambar (logo) dari twitter, seperti burung dan berwarna biru muda. Bener kan? Sepakat
kita sekarang. Untuk selanjutnya dalam tulisan ini twitter disebut ‘burung biru’. Jaman sekarang kalo ga punya ‘burung
biru’ rasanya gimana gitu yaa, kaya ada yang kurang aja. Bayangkan saja mulai dari
Presiden (RI-1), pembantu presiden alias menteri (bekas menteri), wakil
menteri, professor (akademisi), artis, politisi, calon gubernur sampai anak SMP pasti
punya burung biru. Apalagi anak muda ga usah ditanya pasti punya si ‘burung biru’
ini. Saya yakin Anda yang sedang membaca tulisan ini pun pasti punya ‘burung
biru’ atau malahan sedang ‘burung biruan’
(twitteran) hehehe. Luar biasa memang si ‘burung biru’ yang satu ini. Bahkan
kalo sekarang anak muda yang ga punya ‘burung biru’ terkesan aneh. Gimana
engga, terkadang eksistensi anak muda dapat diliat dari Dia (anak muda) punya atau tidak si ‘burung biru’. Kok gitu, apa buktinya?
Biasanya, followers yang semakin
banyak, semakin menunjukan eksistensi Dia dalam pergaulan. Atau semakin dikenal
luas lah. Otomatis, semakin bangga pula Dia mempunyai followers yang banyak. Iya kan? Hehe. Luar biasa memang Si ‘Burung
Biru’ ini.
Kata anak SMA begini
“orang kalo sering update status di facebook itu alay, tapi kalo update
statusnya di twitter itu baru keren”.
Aneh memang ada-ada aja anak SMA jaman sekarang hehehe. Si ‘burung biru’ memang
sudah menjadi keharusan (mungkin) untuk dimiliki. Ada unsur positif dan ada
unsur negatif pula dalam memainkan si ‘burung biru’. Yah namanya juga kehidupan
pasti berpasangan-pasangan lah ada positif dan ada negatif nya juga. Ya kan? Jujur
saja, saya merasa kagum dan salut sama orang-orang yang memiliki followers sampai 1000 orang bahkan
lebih. Tentu saja konteks disini ialah orang biasa bukan artis atau orang terkenal. Bayangkan
dengan 140 kata dia bisa menarik simpati orang lain untuk mau menjadi
pengikutnya. Luar biasa memang orang-orang yang memiliki followers sebanyak itu. Memainkan si ‘burung biru’ memang
mengasyikan juga disaat jenuh, tanpa disadari atau tidak terkadang bisa menimbulkan kecanduan
juga. Bahkan memainkan si ‘burung biru’ dapat menciptakan bahasa-bahasa baru
dalam pergaulan (ciyuss, miapaah, cacihong, kode. modus, dlsb) hehehe.
Nah tapi ada sedikit yang
menggelitik pikirin saya, dari orang-orang yang memiliki ‘burung biru’.
Seringkali orang-orang tersebut meng-ngetweet
sesuatu yang jumlahnya sangat banyak. Hampir belasan ribu bahkan puluhan ribu
mungkin, istilahnya tweets. Mengungkapkan
dan mengomentari sesuatunya sampai sebanyak itu. Luar biasa sekali menurut saya.
Kok sesuatunya sih? Iya berarti orang tersebut terlampau sering mengomentari akan
apapun dan dimanapun. Terkesan berkomentar tidak penting bahkan pengeluhan
terhadap sesuatu apapun mengenai sekelilingnya diungkapkan kepada ‘burung biru’.
Bila dihat dari gambarnya saja, twitter
itu menunjukan sebuah icon dari burung. Burung logisnya ialah berkicau. Saya
rasa tidak ada orang yang mempunyai
burung untuk dipelihara dengan kicauan yang tidak enak di dengar, tidak
membangkitkan semangat, dan bahkan tidak bisa berkicau. Nah bila kita tahu akan
hal itu, kenapa masih ada saja yang berkicau yang tidak enak di ‘dengar’ (mengeluh, menuntut, menggerutu, bahkan mengumpat, dlsb).
Wah saya saja kalo
mendengar burung yang berkicau merdu, bisa menimbulkan kesenangan juga.
Dengernya enak aja gitu kalo pagi-pagi ada burung yang berkicau merdu. Dengan
kata lain cara anda memainkan si ‘burung biru’ itu secara tidak langsung menunjukan
pribadi anda seperti apa. Kok gitu, tau darimana? Misalnya bila Anda sering
menunjukan kelebihan diri, berarti Anda sudah terjangkiti virus narsisme.
Mencintai diri sendiri tak berarti harus menunjukan kelebihan diri di hadapan
umum (ruang publik). Sikap narsis adalah gejala membanggakan kelebihan dan
keunggulan diri, sehingga menimbulkan sifat sombong dan takabur. Padahal
sombong dan takabur perbuatan yang tidak disukai (Q.S.Luqman: 18 & Q.S. Al-Mu'min: 60). Terus timbul
pertanyaan, ini kan ‘burung biru’ gue? Terus masalah buat loh? (gaya sok imah, hehehe). Memang tidak
masalah juga sih, itu hak Anda semua. Semua keputusan ada ditangan Anda.Yah
memang Anda bebas berkicau tentang apa pun dan kapanpun. Tetapi perlu diingat
juga, biasanya segala sesuatu yang berlebihan akan berakhir mengecewakan. Kok
gitu? Apa Buktinya? Makan, makan yang berlebihan saja, bisa menyebabkan kelebihan
berat badan. gerakan menjadi tidak enak, dan penampilan kurang terlihat serasi.
Terus misalnya, dandan atau bersolek. Dandan yang berlebihan saja akan terlihat
medok atau menor tidak enak dilihat rasanya hehehe. Contoh lain misalnya,
perhatian. Perhatian, walaupun sebagai bentuk ungkapan cinta terhadap orang
lain, namun bila berlebihan malahan jadinya posesif dan mengganggu. Justru kalau
sudah begitu malahan menimbulkan ketidaknyamanan. Ya kan? Hehehe. Berlebihan, dalam hal apapun (ngetweet) selalu memberi akhir yang tak
menyenangkan. Karena itulah, sikap berlebihan itu harus dihindari sebisa mungkin (Q.S Al Isra': 27). Ia tidak
boleh menjadi pilihan atau solusi dalam menyelesaikan sesuatu. Namun entah
mengapa selalu ada dorongan-dorongan yang ‘menggoda’ kita untuk melakukannya (ngetweet). Untuk itu berusahalah
mencerminkan persepsi yang positif bagi sekeliling kita atau orang-orang
terdekat kita. Apabila itu terjadi orang akan merasa senang bila berdekatan
atau menjadi pengikut kita (followers).
Akhirnya kita pun akan menjadi magnet yang selalu memancarkan energi positif di
tengah-tengah mereka.
Satu lagi yang tidak
bisa dielakkan kebebasan adalah kendali diri. Kita memang punya kebebasan dalam
berkicau di twitter. Sebagaimana kita
memiliki kebebasan, orang lain pun memiliki kebebasan yang sama. Dalam
kehidupan sehari-hari, terkadang kita hanya ingin dihargai orang, ingin diberi
kebebasan untuk berekspresi, tetapi kita mengabaikan bahkan melupakan bahwa
orang lain yang punya kebebasan juga dan kita sedang merenggutnya darinya. Yah Anda memang bebas berkicau apa pun, itu hak anda. Namun disamping itu kebebasan
bukanlah sekedar ekspresi tanpa batas, tetapi kebebasan adalah ketika kita
mampu mengenal batas-batas dan ikatan yang berlaku dan mengendalikan diri kita untuk
mengikuti ikatan-ikatan itu. Burung saja tau, kapan dia harus berkicau, kapan
tidak. Itu burung, hewan yang tidak memiliki akal dan rasa. Massa iya kita
kalah sama burung. Burung saja punya aturan dalam berkicau. Kenapa kita yang
diberi akal dan rasa, tidak tahu kapan waktunya harus berkicau atau tidak
hehehe. Pantaskanlah selalu diri ini untuk berada ditengah-tengah mereka (masyarakat). Sebab,
disitulah akan tercermin bahwa kita adalah manusia yang mengerti aturan, etika,
tata krama, berilmu, berperadaban, dan pantas berteknologi maju, bukan
dizaman batu yang serba gelap gulita, bar-bar,
penuh intimidasi, seenaknya, dan penuh
kekerasan. Tidak ada kebebasan tanpa adanya aturan. Kebebasan dan aturan harus
jalan beriringan. Mustahil tiap-tiap individu memiliki kebebasan yang mutlak,
karenanya ia dibatasi aturan-aturan yang merupakan kendali diri. Sudah
semestinyalah ketika kita mengetahui akan hal ini. Alangkah indahnya bila kita
dapat bijak memainkan si ‘Burung Biru’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar